Sade Rambitan??
Dimana sih?
Yaah mungkin itu yang ada di
benak sobat semua saat pertama kali mendengar nama itu. Wajar saja sih,
meskipun Dusun Sade di Desa Rambitan merupakan salah satu desa adat yang
menjadi tujuan wisata di Pulau Lombok namun tampaknya masih butuh banyak
promosi dan inovasi dari Dinas Pariwisata Lombok agar daerah ini mampu berjajar
dengan wisata panorama alam Lombok yang tak diragukan lagi keindahannya dan
telah lebih dulu dikenal pelancong asing maupun domestik.
Soal lokasi bukan masalah karena
tidak sulit bagi wisatawan untuk menemukan desa adat ini, lokasinya berada di
jalan utama jalur Kuta – Praya (Ibukota kabupaten Lombok Tengah) atau berjarak
sekitar 30 km dari kota Mataram. Bagi sobat backpacker yang sedang berlibur di
Bali dan ingin berkunjung ke desa ini dapat mengudara dari bandara Ngurah Rai
menuju bandara Selaparang Mataram(±15 menit) kemudian lanjut menggunakan bus
dari terminal Mandalika menuju ke Praya, setelah sampai di Praya naik angkutan
umum/ojek ke lokasi ±30 menit. Waaaaah....Ribett...!! Tenaaang masih ada jalur
lain yang lebih simple, sobat bisa mengudara dari kota – kota besar di
Indonesia langsung ke Bandara Internasional Lombok (BIL) terus menuju lokasi
kurang dari 20 menit.
Sesampainya di lokasi ada tulisan
selamat datang dan langsung di suguhi pemandangan bangunan eksotis nan menawan
ala suku sasak (suku asli lombok yang tinggal di Dusun Sade Desa Rambitan).
Berbeda dengan objek wisata lain
yang memberlakukan tarif masuk, disini pengunjung akan menemui semacam “registrasi
kunjungan” yang diisi “seikhlasnya” tanpa patokan tarif. Dana yang didapat ini
nantinya digunakan untuk keperluan bersama penduduk dusun adat ini.
Sobat semua pasti dah penasaran
banget ya sebenernya apa aja sih yang menarik dari desa wisata Sade –
Rambitan??
Sabarrr..!! yuks kita mulai dari
bangunan arsitekturnya...
Perkampungan adat ini memiliki
bangunan tradisional yang berjejer rapi, ada 3 bale yaitu, bale Tani sebagai
rumah utama, bale Kodong untuk orang yang lebih tua dan cucunya atau pengantin
yang baru menikah, dan bale Bonter untuk
pertemuan dan penyelesaian masalah adat (semacam gedung pengadilannya penduduk
Sade – Rambitan lah..hehehe)
Uniknya lagi dari rumah yang ada
di desa adat ini adalah lantainya itu terbuat dari campuran tanah, getah kayu
pohon dan abu jerami, bahkan ada sebagian penduduk yang mencampurnya dengan
kotoran sapi dan kerbau yang konon diyakini penduduk mampu menjaga lantai
rumahnya tetap kuat dan tidak lembab. Urusan perawatan lantai juga tak kalah
unik, mereka biasa mengolesi lantai rumah dengan kotoran sapi atau kerbau,
menurut guide desa adat hal ini selain agar lantai awet juga dimaksudkan untuk
mengusir nyamuk dan gangguan magis yang masih begitu kuat diyakini penduduknya.
Emangnya ngga bau ya?? Kata guide disana baunya hanya di awal pengolesan lambat
laun bau itu akan hilang seiring mengeringnya kotoran sapi atau kerbau.
Dinding rumah dibuat dari anyaman
bambu, pilarnya juga berasal dari bambu, atap berbentuk gunungan yang terbuat
dari jerami yang disusun dan diikat dengan tali. Ada dua ruangan dari bangunan
penduduk Sade, yang pertama ruang depan untuk laki – laki dan kaum ibu, sedang
bangunan kedua di bagian dalam diperuntukkan untuk wanita lajang. Di ruang
dalam terdapat tungku yang menyatu dengan lantai dan ruang tidur.
Di Luar rumah penduduk membangun
lumbung padi yang juga dimanfaatkan sarana interaksi warga disana karena
terdapat bale – bale sebagai tempat menjaga lumbung.
Kehidupan Desa Sade Rambitan
Sebagian besar masyarakat desa Sade rambitan berprofesi
sebagai petani, sedangkan kaum perempuan disini kebanyakan pintar membuat
tenunan dengan alat tenun tradisional.
Hasil tenunan mereka di jual di
artshop yang dikelola sendiri, pembelinya adalah wisatawan maupun penduduk yang
berminat dengan hasil karyanya.
Selain tenunan indah khas Sade –
Rambitan, wisatawan juga dapat membeli cinderamata khas penduduk sasak di
artshop yang berjejer di dalam perkampungan.
Wisatawan juga akan dihibur
dengan pagelaran seni tari Oncer dan Gendang Beleq, selain itu suguhan atau
acara yang biasa disajikan bagi pengunjung yang datang adalah Peresehan, yaitu
tradisi berkelahi antara dua pria dengan menggunakan tongkat rotan dan perisai
yang terbuat dari kulit sapi.
Suku sasak penduduk desa Sade –
Rambitan adalah suku asli Lombok yang menganut agama Islam Wektu Telu yakni
Islam yang memiliki unsur-unsur Hindu Budha. Selain umat Muslim, dusun ini juga
dihuni kelompok minoritas Budha. Penganut Budha masih mempercayai animisme
berpadu dengan Buddhisme.
Semoga saja desa adat yang mampu
menjaga budaya kentalnya ini tidak tergerus arus modernisasi yang begitu hebat
menggerus jati diri dan nasionalisme bangsa. Budaya yang terasa begitu kental
dan dijaga dengan baik ternyata memiliki daya tarik yang kuat bagi iklim
pariwisata, rasanya terlalu sayang kalau sobat melewatkan desa Sade Rambitan
sebagai destinasi wisata. Buat sobat blogger yang cari referensi tujuan wisata, ngga rugi..Santai sejenak dengan relaksasi budaya
Sade – Rambitan Pulau Lombok, alami, nyaman, sejuk yang pasti bikin fresh!!
Selamat Berlibur..!!