give

Nuansa Etnik nan Elok Sade Rambitan Lombok – Keindahan dalam balutan tradisi lokal

Rabu, 21 Agustus 2013
Sade Rambitan??  Dimana sih?





Yaah mungkin itu yang ada di benak sobat semua saat pertama kali mendengar nama itu. Wajar saja sih, meskipun Dusun Sade di Desa Rambitan merupakan salah satu desa adat yang menjadi tujuan wisata di Pulau Lombok namun tampaknya masih butuh banyak promosi dan inovasi dari Dinas Pariwisata Lombok agar daerah ini mampu berjajar dengan wisata panorama alam Lombok yang tak diragukan lagi keindahannya dan telah lebih dulu dikenal pelancong asing maupun domestik.

Soal lokasi bukan masalah karena tidak sulit bagi wisatawan untuk menemukan desa adat ini, lokasinya berada di jalan utama jalur Kuta – Praya (Ibukota kabupaten Lombok Tengah) atau berjarak sekitar 30 km dari kota Mataram. Bagi sobat backpacker yang sedang berlibur di Bali dan ingin berkunjung ke desa ini dapat mengudara dari bandara Ngurah Rai menuju bandara Selaparang Mataram(±15 menit) kemudian lanjut menggunakan bus dari terminal Mandalika menuju ke Praya, setelah sampai di Praya naik angkutan umum/ojek ke lokasi ±30 menit. Waaaaah....Ribett...!! Tenaaang masih ada jalur lain yang lebih simple, sobat bisa mengudara dari kota – kota besar di Indonesia langsung ke Bandara Internasional Lombok (BIL) terus menuju lokasi kurang dari 20 menit.

Sesampainya di lokasi ada tulisan selamat datang dan langsung di suguhi pemandangan bangunan eksotis nan menawan ala suku sasak (suku asli lombok yang tinggal di Dusun Sade Desa Rambitan).


Berbeda dengan objek wisata lain yang memberlakukan tarif masuk, disini pengunjung akan menemui semacam “registrasi kunjungan” yang diisi “seikhlasnya” tanpa patokan tarif. Dana yang didapat ini nantinya digunakan untuk keperluan bersama penduduk dusun adat ini.

Sobat semua pasti dah penasaran banget ya sebenernya apa aja sih yang menarik dari desa wisata Sade – Rambitan??

Sabarrr..!! yuks kita mulai dari bangunan arsitekturnya...

Perkampungan adat ini memiliki bangunan tradisional yang berjejer rapi, ada 3 bale yaitu, bale Tani sebagai rumah utama, bale Kodong untuk orang yang lebih tua dan cucunya atau pengantin yang baru menikah, dan  bale Bonter untuk pertemuan dan penyelesaian masalah adat (semacam gedung pengadilannya penduduk Sade – Rambitan lah..hehehe)


Uniknya lagi dari rumah yang ada di desa adat ini adalah lantainya itu terbuat dari campuran tanah, getah kayu pohon dan abu jerami, bahkan ada sebagian penduduk yang mencampurnya dengan kotoran sapi dan kerbau yang konon diyakini penduduk mampu menjaga lantai rumahnya tetap kuat dan tidak lembab. Urusan perawatan lantai juga tak kalah unik, mereka biasa mengolesi lantai rumah dengan kotoran sapi atau kerbau, menurut guide desa adat hal ini selain agar lantai awet juga dimaksudkan untuk mengusir nyamuk dan gangguan magis yang masih begitu kuat diyakini penduduknya. Emangnya ngga bau ya?? Kata guide disana baunya hanya di awal pengolesan lambat laun bau itu akan hilang seiring mengeringnya kotoran sapi atau kerbau.

Dinding rumah dibuat dari anyaman bambu, pilarnya juga berasal dari bambu, atap berbentuk gunungan yang terbuat dari jerami yang disusun dan diikat dengan tali. Ada dua ruangan dari bangunan penduduk Sade, yang pertama ruang depan untuk laki – laki dan kaum ibu, sedang bangunan kedua di bagian dalam diperuntukkan untuk wanita lajang. Di ruang dalam terdapat tungku yang menyatu dengan lantai dan ruang tidur. 


Di Luar rumah penduduk membangun lumbung padi yang juga dimanfaatkan sarana interaksi warga disana karena terdapat bale – bale sebagai tempat menjaga lumbung.



Kehidupan Desa Sade Rambitan
Sebagian besar masyarakat desa Sade rambitan berprofesi sebagai petani, sedangkan kaum perempuan disini kebanyakan pintar membuat tenunan dengan  alat tenun tradisional.





Hasil tenunan mereka di jual di artshop yang dikelola sendiri, pembelinya adalah wisatawan maupun penduduk yang berminat dengan hasil karyanya.

Selain tenunan indah khas Sade – Rambitan, wisatawan juga dapat membeli cinderamata khas penduduk sasak di artshop yang berjejer di dalam perkampungan.


Wisatawan juga akan dihibur dengan pagelaran seni tari Oncer dan Gendang Beleq, selain itu suguhan atau acara yang biasa disajikan bagi pengunjung yang datang adalah Peresehan, yaitu tradisi berkelahi antara dua pria dengan menggunakan tongkat rotan dan perisai yang terbuat dari kulit sapi.


Suku sasak penduduk desa Sade – Rambitan adalah suku asli Lombok yang menganut agama Islam Wektu Telu yakni Islam yang memiliki unsur-unsur Hindu Budha. Selain umat Muslim, dusun ini juga dihuni kelompok minoritas Budha. Penganut Budha masih mempercayai animisme berpadu dengan Buddhisme. 

Semoga saja desa adat yang mampu menjaga budaya kentalnya ini tidak tergerus arus modernisasi yang begitu hebat menggerus jati diri dan nasionalisme bangsa. Budaya yang terasa begitu kental dan dijaga dengan baik ternyata memiliki daya tarik yang kuat bagi iklim pariwisata, rasanya terlalu sayang kalau sobat melewatkan desa Sade Rambitan sebagai destinasi wisata. Buat sobat blogger yang cari referensi tujuan wisata, ngga rugi..Santai sejenak dengan relaksasi budaya Sade – Rambitan Pulau Lombok, alami, nyaman, sejuk yang pasti bikin fresh!! Selamat Berlibur..!!